Jumat, 13 Februari 2009

Haloo ..


Assalamu'alaikum ... hai, namaku Fathurrahman Hammam, panggilannya Fathur. Lahir di Samarinda, 17 Agustus 2005. Abi sama Umi mana yaaa.. ? Lagi nyari nih ..

Kamis, 12 Februari 2009

Darah Anda, Menentukan Pekerjaan Anda

Percaya atau tidak? Di Jepang,. golongan darah bisa menentukan nasib pekerjaan Anda

Pernahkah Anda ditanya golongan darah dalam wawancara kerja? Di Indonesia, itu sangat jarang terjadi. Namun di Jepang, golongan darah menjadi penentu nasib Anda. Kok bisa?

Semua karena buku. Di tahun yang baru saja berlalu, menurut distributor buku Tohan Co., 10 buku terlaris di Jepang adalah tentang golongan darah. Bukan dalam kaitannya dengan penyakit, namun golongan darah sebagai teropong kepribadian seseorang. Karena itu, di negeri sakura ini, golongan darah menjadi penentu penting untuk mendapatkan pekerjaan dan bahkan untuk menikah!

Menurut penerbit buku tentang golongan darah itu, Bungeisha, buku-buku itu secara total terjual di atas 5 juta eksemplar tahun lalu saja. Bungeisha menerbitkan buku khusus untuk masing-masing golongan darah, baik A, B, AB, maupun O.

“Daya tarik utama buku-buku itu adalah untuk memastikan sifat kita. Orang-orang banyak yang bereru ‘Ya, memang begitulah saya’ setelah membaca buku-buku itu,” kata Taku Kabeya, editor utama di Bungeisha.

Para pemilik golongan darah A, misalnya, digambarkan sebagai seorang perfeksionis sensitif, namun cenderung mudah gelisah. Pemilik golongan darah B biasanya tampil gembira, namun juga eksentrik dan cenderung mementingkan dirinya sendiri. Bila Anda pemilik golongan darah O, buku-buku itu menyebut Anda sebagai orang dengan sifat sangat ingin tahu, dermawan, namun juga keras kepala. Sementara mereka yang golongan darah AB memiliki jiwa seni, misterius, dan tak terduga.

Apakah ramalan ini tampak seperti horoskop? Warga Jepang sepertinya tak peduli.

Asal tahu saja, Perdana Menteri (PM) Jepang Taro Aso pun tampaknya menganggap penting golongan darah ini. Di situs resmi pribadinya, Aso mengumumkan bahwa dirinya memiliki golongan darah A. Sementara pemimpin kelompok oposisi, Ichiro Ozawa, memiliki golongan darah B.

Keingintahuan yang sangat besar terhadap golongan darah kepribadian pemiliknya membuat golongan darah masuk ke dalam berbagai sektor. Permainan Nintendo DS, misalnya, kini memasukkan unsur golongan darah. Sejumlah butik kini menyediakan paket busana dan asesori sesuai dengan golongan darah pelanggan. Televisi pun tak mau kalah. Mereka menayangkan acara komedi tentang seorang wanita yang mencari calon suami sesuai golongan darahnya.

Apakah pengaruh golongan darah hanya sampai di situ? Sama sekali tidak.

Urusan sesakral mencari jodoh pun kini mempertimbangkan golongan darah. Selain itu, sejumlah perusahaan kini menentukan tugas untuk karyawannya berdasarkan golongan darah mereka.

Contoh lain kegilaan masyarakat Jepang terhadap golongan darah adalah, anak-anak TK kini dipisah kelasnya berdasarkan golongan darah masing-masing. Tim softball wanita Jepang yang meraih emas di Olimpiade Beijing menggunakan teori kepribadian manusia berdasar golongan darah ini untuk menciptakan pola latihan yang berbeda bagi masing-masing pemain. Tentu pola latihan itu disesuaikan dengan golongan darah mereka.

Ilmiahkah?

Apakah menentukan sifat seseorang berdasar golongan darah ini ilmiah? Sama sekali tidak. Paling tidak, begitulah menurut Satoru Kikuchi, associate professor psikologi di Shinshu University.

"Ini ilmu pengetahuan pura-pura," kata Kikuchi. "Hal ini memicu masyarakat menilai orang lain berdasar golongan darahnya. Mereka kadang lupa untuk menilai menggunakan parameter yang lain, melupakan orang lain itu sebagai manusia. Bila dibiarkan, perilaku ini menjelma menjadi rasisme,” kecamnya.

Memotret kepribadian seseorang dari golongan darahnya tidak memiliki akar ilmiah. Menurut Kikuchi, teori ini diimpor dari Nazi Jerman yang sangat mengagungkan rasnya. Rezim militer Jepang di masa Perang Dunia II mengadopsinya untuk menciptakan tentara yang ”berkualitas tinggi“. Pemahaman seperti ini ditinggalkan beberpa tahun kemudian dan perhatian warga terhadap golongan darah pun berkurang.

Kegilaan masyarakat terhadap golongan darah muncul lagi tahun 1970-an. Pemicunya adalah Masahiko Nomi, seorang pengacara tanpa latar belakang kedokteran menciptakan “teori daya tarik massal”. Anaknya, Toshitaka, kini mempromosikannya melalui kelompok swasta bernama Human Science ABO Center. Menurut Toshitaka, pemahaman tentang golongan darah ini bukan untuk membeda-bedakan orang, namun membantu masyarakat menyelaraskan hubungan antara anggotanya dan membantu dunia bisnis mengeksploitasi bakat-bakat terbaik para personelnya.

Sepertinya, efek salah paham dan kecaman atas teropong kepribadian berdasar golongan darah sudah diprediksi penulisnya. Karena itu, di buku-buku tersebut mereka menegaskan pada pembacanya bahwa sekalipun golongan darah memiliki tendensi kepribadian tertentu, namun hal ini sangat tidak definitif.

"Pada akhirnya, apa tipe Anda dan bagaimana sifat Anda, ditentukan oleh pilihan Anda sendiri," begitu kalimat penutup buku-buku itu. [ap/sp/www.hidayatullah.com]