Senin, 27 April 2009

Cari Kerja Lagi

Berpartisipasi, mewakili perusahaan dalam sebuah event job fair merupakan pengalaman tersendiri. Ratusan bahkan ribuan lulusan perguruan tinggi berbondong-bondong menyerbu seluruh stand perusahaan. Jadi ingat jaman dulu setelah lulus kuliah, kita pun mungkin juga seperti mereka. mencari pekerjaan yang cocok dengan background pendidikan kita dan sesuai dengan apa yang kita bayangkan dan kita inginkan. Setelah mendapatkan pekerjaan yang sudah lama kita inginkan, sudah sepantasnya dan seharusnya kita bersyukur pada Allah yang telah membukakan pintu rizki bagi kita. Benarkah demikian?? Ya. Lalu mengapa banyak orang yang dengan mudahnya keluar dari perusahaan tanpa memikirkannya matang2, hanya menuruti emosi sesaat yang mungkin bisa menjerumuskan. Padahal kalo kita mau sejenak merenung, di luar sana masih buanyaaak sekali orang yang belum mempunyai kesempatan untuk bekerja, masih nganggur luntang-lantung dengan titel sarjana. Kalo memang sudah ada pekerjaan di tempat yang lain/baru, mungkin nggak akan jadi masalah. Tapi kalo belum ada pekerjaan pengganti, sementara kita harus menafkahi keluarga, gimana jadinya? Oke, kalo itu terpaksa dilakukan karena tidak tahan dengan kondisi perusahaan yang selalu bergejolak. Namun untuk membuat keputusan resignpun harus tetap dipikirkan masak2, kalo perlu pake sholat istikharah. Nah, kalo seperti itu mungkin semua orang akan setuju. Di jaman krisis seperti sekarang ini, susah sekali untuk mencari pekerjaan yang (kita pengennya) sesuai background pendidikan kita. Whatever lah, yang penting kerja.
Tapi gimana ya menyikapinya jika dalam sebuah perusahaan 'lalu lintas' karyawan yang keluar masuk sangat cepat? Maksudnya, banyak karyawan yang mengajukan resign secara mendadak, kemudian rekrut lagi yang baru. Pasti ada alasan tersendiri. Dan harusnya kita pertanyakan manajemen seperti apa yang digulirkan? Seharusnya pemimpin perusahaan pun juga sadar ketika banyak karyawan-karyawan terbaiknya memilih mundur dari sana. What happened?? Mungkin ada kebijakan2 yang salah, manajemen yang kacau dari pemimpin yang berwenang di perusahaan tsb. yang harus diperbaiki kalo masih ingin perusahaan itu disupport oleh karyawan-karyawan yang memiliki banyak potensi. Sebetulnya keinginan karyawan sendiri tidaklah muluk2, selama hak2 mereka terpenuhi, kewajiban dilaksanakan dengan baik, ada sistem reward yang memacu semangat karyawan untuk meningkatkan prestasinya, gaya kepemimpinan yang lebih friendly tidak arogan, insyaAllah karyawan pun juga akan merasa nyaman. kalo sudah merasa nyaman, pekerjaan akan dilakukan dengan baik, dan hasilnya akan lebih baik pula... Bukankah perusahaan juga yang akan diuntungkan, isn't it ?? Jawab aja sendiri.. (ini perusahaannya di negeri antah barantah lho.. )

Tidak ada komentar: